Euforia Semu Catur Indonesia di Balik Kekalahan Dewa Kipas
Tidak mudah untuk dapat bermain catur terutama untuk kamu yang baru tertarik memainkannya, percayalah saya sudah sering kali mengalami banyak kekalahan, blunder, ketagihan, kejenuhan, kemenangan sampai kegembiraan luar biasa karena catur itu sendiri.
Sebagai salah satu orang yang cukup menggemari olah raga catur (walaupun tidak jago), catur banyak mempelajari banyak hal dari memperkuat mental, logika dalam berfikir ataupun keberanian dalam mengambil sebuah keputusan. Terutama mental dalam menerima kekalahan dengan lapang dada. Menggunakan logika berfikir untuk turn (Langkah) yang lebih teliti, dan juga sebuah keberanian dalam mengambil Langkah selanjutnya walau itu merupakan keputusan yang cukup sulit.
Terlepas dari betapa sulitnya bermain catur, fenomena Pak Dadang atau yang lebih dikenal dengan Dewa Kipas menjadikan bumbu yang tepat untuk mengembalikan euforia catur. Seperti yang kita tahu netizen ini suka sekali dengan drama, termasuk drama tentang permainan catur Dewa Kipas. Puncaknya adalah pertandingan persahabatan Grandmaster Irene dengan Pak Dadang. Tentu scenario terbaik yang diinginkan dari para netizen adalah Pak Dadang menang telak, dan mempermalukan GMW Irene yang sudah memiliki gelar itu.
Kehebatan Pak Dadang mengalahkan Gotham Chess membuai mata para netizen. Hanya saja nasib berkata lain Ketika melawan Irene. Pengalaman dan gelar yang dilatih dan dipupuk bertahun-tahun membuktikan mental siapa yang lebih kuat. Pada akhirnya Pak Dadang kalah telak 3-0 dan drama percaturan pun harus usai.
Terlepas dari kekalahan telak Dewa Kipas, euforia itu bangkit Kembali, semua orang mulai membicarakan catur, semua orang mulai ingin memahami catur. Dalam hal ini ada catatan penting bahwa permainan catur jangan hanya menjadi drama saja.
Seperti yang kita tahu bahwa salah satu cabang olah raga ini masih sedikit jarang digemari. Dari drama ini kita dapat pelajari bahwa catur juga seharusnya menjadi permainan yan cuup menarik. Setidaknya hingga permainan catur dapat berkembang menjadi budaya. Di mana akan dapat menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat dan tidak hanya melekat pada usia atau ras tertentu saja.
Indonesia sebagai 4 negara dengan penduduk terbanyak, masih sangat sedikit memiliki GrandMaster jika dibandingkan dengan negara berpenduduk banyak lainnya seperti India. Atau jika kita bandingkan lagi dengan USA dan China, kita masih tertinggal cukup jauh soal prestasi catur. Pada akhirnya, jangan sampai hal ini hanya menjadi euforiaa sesaat saja. Akan lebih baik jika di jika nantinya catur dapat dinikmati oleh semua kalangan, dan mengubah wajah Indonesia. Mengubah cara berfikir yang lebih kritis, logis dan tentu saja optimis.